Short Story


ARTI KEHIDUPAN
Erin , itulah panggilan akrabnya. Tetapi nama aslinya Listanti damayanti. Anak ini telah lama ditinggal orang tuanya. Ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan 3 tahun yang lalu. Sedangkan kakak laki-lakinya tidak tau entah kemana. Sekarang erin yang berumur 14 tahun dirawat kakek dan neneknya. Keadaan mereka tidak begitu baik, dalam segi ekonomi maupun komunikasi diantara mereka. Erin lebih sering mengurung diri dikamar ketika dirumah dibandingkan bermain dengan anak-anak sebayanya. Dulu, erin anak yang ceria, ramah, dan baik hati. Tetapi sejak orangtuanya meninggal, dia menjadi pendiam, jarang bergaul dan lebih suka menyendiri. Karena fisiknya yang lemah, dia sering jatuh pingsan. Mungkin itu karena faktor keturunan, karena ibunya juga mempunyai fisik yang lemah dan juga sering sakit-sakitan. Karena itu erin tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan tubuhnya. Dimalam hari, yang sepi dan sunyi, Erin menangis mengingat orangtuanya. Dia sangat rindu orangtuanya. Dia ingin berkumpul lagi seperti dulu bersama mamah, papah dan kak Tio. Rasanya baru kemarin erin berkumpul dengan keluarganya. Waktu memang begitu cepat. Walaupun sudah 3 tahun, erin tetap saja masih larut dalam kesedihan. Dia sering dinasihati oleh kakek dan neneknya, tetapi erin tidak merespon sama sekali. Itulah yang menyebabkan komunikasi erin dengan kakek-neneknya kurang baik. Prestasi erin juga menurun karena hal itu.
Setelah hampir tiba waktu sekolah, erin pergi kepasar untuk membeli perlengkapan sekolahnya. Dulu, kalau erin sedang membeli perlengkapan, orangtuanya pasti menemaninya. Tapi sekarang, itu hanya kenangan yang terkubur jauh yang hanya ada didalam benaknya. Setelah selesai dengan semuanya, erin pulang. Tapi dalam perjalanan, erin pingsan. Sebelum pingsan, dia melihat anak perempuan sebaya dengannya mau menangkap tubuhnya tetapi tidak sempat. Karena tidak ada orang lain disana, anak perempuan itu tidak punya pilihan lain selain membawa erin kerumahnya.
Setelah hampir setengah jam, akhirnya erin pun sadar. Dia bingung, “aku dimana???” tanya erin. “kamu dirumah aku, tadi dijalan kamu pingsan, terus karena gak ada orang lain disana, aku terpaksa membawa kamu kerumah aku. Oh iya,, aku myta asteria, panggil aja aku myta. Nama kamu siapa?? Kamu tinggal dimana? Kamu kok
bisa pingsan sih tadi??” tanya myta. “ namaku… erin, aku tinggal di rumah dibelakang pasar, a..aku pingsan karena fisikku yang lemah”. jelas erin. “ berarti kamu sering seperti ini ?” Tanya myta. Erin hanya mengangguk. “ oh iya orangtua kamu kemana? tanya erin. “ oh…emph orangtua aku.. Sejak lahir aku gak tau orangtua aku itu siapa. Kata tanteku, orangtua aku itu gak nginginin aku. Tapi walaupun begitu, aku tetap percaya kalau suatu saat nanti aku pasti bisa bertemu orangtua kandung aku. Itu yang selalu aku pikirin ” jawab myta sambil tersenyum. Erin kagum dengan myta yang begitu tegar menghadapi masalahnya. Ternyata masih banyak orang yang punya masalah yang lebih berat daripada erin, dia sadar itu. Setelah mereka ngobrol banyak, karena takut erin pingsan lagi myta pun setuju untuk mengantar erin pulang. “ besok berangkat bareng yuk kesekolah ? nanti ketemu dipasar ya” tanya myta. “ emph…boleh..” jawab erin.
Malam hari tiba, erin menuliskan kejadian hari ini dibuku diarynya.
Dear Diary
Mah..pah.. tadi aku pingsan lagi. Terus aku ditolong sama teman baru aku, namanya myta.
Kita ngobrol banyak tadi. Aku tau ternyata orangtuanya itu gak tau entah kemana. aku
tau dia itu lebih sakit daripada aku. Aku kagum sama dia mah..pah.. tapi yang aku gak
tau dari dia, kenapa dia bisa begitu ceria ngadepin masalahnya sedangkan aku enggak ?
Setelah selesai menulis, dia tidur. Keesokan harinya erin berangkat sekolah bersama myta sesuai janji. Mereka naik sepeda kesekolah. Saat upacara dimulai, seperti biasa erin pingsan. Tapi kali ini lebih parah dari biasanya. Erin kejang-kejang dan mimisan. Dia dibawa kerumah sakit untuk diperiksa. Saat hasil tes labnya keluar, ternyata erin divonis mengidap penyakit leukemia stadium akhir.
Saat itu erin tidak tau apakah itu mimpi atau bukan, yang dia ingin tau saat itu adalah “ini hanyalah mimpi” tapi kenyataannya itu nyata. Walaupun dia belum sadar sepenuhnya, tapi dia bisa mendengar dengan jelas perkataan dokter tadi. …aku sakit..aku sakit hidupku tidak akan lama lagi… Hanya itu yang dipikirkan erin saat itu. Tanpa disadari air mata erin menetes beberapa kali. …hidupku tidak akan lama lagi… pikiran itu terlintas lagi dalam pikirannya. Sedangkan myta hanya bisa menghibur dan memberi semangat. “semangat terus ya !! jangan putus asa. semua penyakit pasti ada
obatnya. tenang aja” hibur myta. “siapa yang sedih? A..aku gak sedih kok. Kamu gak usah terlalu berlebihan begitu myt.. aku gak papa kok ” bantah erin.
Erin sadar, dia sering pingsan bukan karena fisiknya yang lemah ataupun faktor keturunan tapi karena dia mengidap penyakit yang parah. Sejak saat itu erin menjadi lebih tertutup dan pendiam. Myta kesal terhadap sikap keputusasaan erin. “ERIN ! masa depan kamu itu masih panjang, kamu gak boleh nyerah gitu aja, aku yakin, penyakit kaya gini gak mungkin bisa matahin semangat kamu, kamu itu…kamu itu sahabat aku, belum pernah aku punya seorang sahabat. jadi tolong jangan kaya gini ” mohon myta. Erin tersenyum, “ myt, makasih ya kamu udah nganggep aku sahabat kamu. kamu udah ngajarin aku arti kehidupan yang sebenarnya, aku belajar banyak dari kamu, kamu udah memberi warna dikehidupan aku. tapi, satu hal yang perlu kamu ketahui, kehidupan, jodoh dan kematian itu ditentukan oleh tuhan, dan sekarang aku merasa kematian itu udah dekat dengan aku. toh kalau aku mati, mungkin aku bisa bertemu lagi sama orangtua aku disana. Iya kan ? ” jawab erin. “ tapi gimana sama kakak kamu? kamu gak mau ngasih tau keadaan kamu ke dia? ” tanya myta. “gaak usah, lagian aku juga gak tau dia ada dimana, yang aku tau dia udah gak peduli lagi sama aku, itu kalimat terakhir yang dia ucapin ke aku” jawab erin. “oh..maaf ya” pinta myta.
Kondisi erin semakin parah, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi kakek dan neneknya yang pas-pasan yang tidak mungkin bisa membiayai pengobatannya itu. Erin sengaja tidak memberi tahu penyakitnya ke kakek dan neneknya. Dia takut akan menyusahkan keluarganya yang tersisa itu. Dia hanya bisa memendamnya, memendam rasa sakit yang amat sakit itu. Hari demi hari dia lewati, tetapi hari kematiannya belum juga datang.
“ tuhan … jika memang umurku sudah dekat, izinkanlah aku untuk bertemu dengan keluargaku lagi walaupun hanya sekali. Aku tau ini hampir tidak mungkin. Dan kalau boleh, aku juga ingin engkau mempertemukan myta dengan orangtuanya, tuhan. Amien…”. Itulah do’a yang berkali-kali diucapkan erin saat shalat. Myta terharu mendengar do’a yang diucapkan erin, dia menangis saat mendengar erin berdo’a di masjid sekolah. “Anak itu sungguh tulus” pikiran itu yang selalu terlintas dibenak myta. Setelah hari demi hari berlalu, myta sangat tidak menyangka bahwa orangtuanya menemuinya. Myta sangat kaget, marah tapi juga senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan orangtuanya . orangtua myta menceritakan banyak hal
termasuk pengadopsian anggota baru dalam keluarga mereka yang tidak lain adalah saudara kandung erin, tio dan juga alasan mereka meninggalkan myta saat masih bayi . “semua sudah jelas ! aku harus kasih tau erin tentang ini ! ”. tegas myta. “tunggu ! kamu kenal erin ? dia dimana sekarang? Dia baik-baik aja kan? ” tanya tio. “ENGGAK !! Dia gak sedang baik-baik aja. Kamu kemana aja selama ini?! Kamu tau, sekarang dia lagi berjuang ngelawan penyakitnya demi kamu ! karena apa? Karena keinginan terakhir dia itu berkumpul lagi sama keluarganya walaupun cuma satu kali. Kamu ngerti
gak sih perasaan dia ? . sekarang mendingan kamu temuin dia sebelum terlambat ”. jawab myta.
Tio berlari secepat yang dia bisa dan myta pun menyusulnya. Mereka berlari menuju masjid yang biasa dipakai erin untuk shalat. Dan ternyata benar, erin ada disana. Tio menghampiri dan langsung memeluk erin yang sedang berdo’a. “Erin,, ini kak tio. Kak tio datang buat nemuin kamu rin ” jelas kak tio. “myt, kamu nemuin kak tio ? itu berarti, waktu aku udah habis” jawab erin. Tiba-tiba erin roboh dalam pangkuan kak tio. “rasanya dingin, seperti sedang diselimuti ribuan es, apa seperti ini rasanya? ” tanya erin. “Erin gak boleh ngomong gitu ! erin pasti bisa ! Erin ?! Erin ?! ” seru tio dan myta.
…akhirnya, kematian datang padaku, ini saatnya, ini adalah saatnya…
“terimakasih……tuhan” . itu kalimat terakhir yang diucapkan erin saat menuju kematiannya.
-TAMAT-
^_^

Komentar

Pos Terpopuler