Pulang
Inilah pelajaran yang tidak akan saya dapatkan di manapun. Tidak di kampus, tidak di dalam lingkungan masyarakat, tidak di manapun kecuali di rumah. Iya, Rumah.
Mama, sosok yang selalu saya kagumi, sosok yang selalu saya dambakan, sosok yang selalu sabar dalam mendidik anak-anaknya. Sosok yang begitu sempurna, sosok yang melengkapi pasangan hidupnya, sosok yang begitu berjiwa besar dalam memaafkan kesalahan anak-anaknya ketika mereka sering melupakannya.
Di rumah, saya belajar banyak sekali hal. Saya belajar mengenai pelajaran kehidupan, ketenangan rohani saat mendengar mama melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Pelajaran mengenai, Oh ini yah rasanya melihat seorang ibu yang tidak henti-hentinya mengurusi anak dan suaminya tanpa kenal lelah dan terkadang mengabaikan kesehatannya sendiri demi anak dan suaminya. Oh ini yah capeknya bersih-bersih rumah, tapi mama yang sudah berpuluh-puluh tahun hidup di rumah ini tak pernah sekalipun mengeluh.
Saya malu, lalu saya tersadar, apalah arti dari lelah ini dibandingkan perjuangan seorang ibu memperjuangkan Surga yang akan ia dapatkan ketika ia berbakti kepada suami dan sayang kepada anak-anaknya ?
Ketika saya bilang, saya merasa bosan berada di rumah, lalu dengan lembut mama bilang, "Ini rumah kamu kok, buat apa bosan?" lalu saya sadar bahwa, iya, ini rumah saya, tidak sepantasnya saya merasa bosan berada di rumah sendiri.
Mungkin bagi sebagian orang, rumah itu cuma tempat berkumpul keluarga, tempat istirahat, berteduh, itu saja. Tapi bagi saya, rumah adalah tempat kita kembali pulang. Pulang, kata yang begitu sederhana namun begitu memiliki makna yang mendalam, makna yang berarti memindahkan raga dari tempat yang jauh menuju tempat di mana seharusnya kita kembali, tempat di mana kita berasal, tempat di mana kita bermula, tempat di mana kita pertamakali memanggil kedua orangtua kita dengan sebutan ayah dan ibu, tempat di mana kita menemukan arti dari sebuah keluarga. Rumah.
Alasannya adalah sibuk. Lagi-lagi hanya jika kamu berpikir. Berapa banyak waktu yang orangtuamu korbankan demi mendidikmu ? Mengajarkanmu mengaji, sholat, mengenal Allah, mengenal segalanya. Seorang ayah yang masih menyempatkan waktunya setelah lelah berkerja, mengajak bermain anaknya. Seorang ibu yang tidak kenal lelah menyuapimu, memandikannmu, membersihkan kotoranmu di sela-sela kesibukannya mengurus rumah. Bagi mereka itu adalah kebahagiaan. Apakah itu sepadan dengan waktu yang kamu berikan untuk orangtuamu di sela-sela hari sibukmu ? Tidak, saya rasa tidak.
Kamu hanya berkata ketika orangtuamu bilang "kapan kamu pulang nak ?" "saya sibuk, mungkin besok, minggu depan, bulan depan, atau bahkan tahun depan". Bayangkan bagaimana perasaan orangtua mendengar jawaban seperti itu.. Tapi orangtua kita hanya membalasnya dengan lembut "belajar yang baik ya, jangan nakal"
Masih mau mendustakan nikmat yang kamu punya ? Masih banyak orang di luar sana yang ingin pulang tapi tidak memiliki rumah. Kamu punya rumah tapi kamu menyia-nyiakannya. Dengan alasan yang sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pulanglah. Sempatkanlah waktu sibukmu untuk sekadar menengok orangtuamu, untuk sekadar tersenyum padanya dan mencium tangannya, untuk sekadar merawatnya ketika mereka merasa lelah, untuk sekadar memijit pundaknya. Itu sudah cukup membuat hati mereka bahagia.
ps : untuk teman saya yang enggan pulang. Pulanglah ! orangtuamu di sana menunggu..


Komentar
Posting Komentar