Engga ada yang namanya sahabat sejati. (Sebuah opini)

Teman, Sahabat, Sahabat sejati ?
Mungkin hidup memang terasa indah jika kita dikelilingi banyak teman. Teman-teman yang bisa membuat kita melupakan segala beban yang ada, dan mengubahnya menjadi kebahagiaan. Banyak orang yang mengaku memiliki banyak teman, namun jika ditanya apakah ia punya seorang sahabat atau mungkin sahabat sejati, tak jarang juga dari mereka yang tak memilikinya.


Lalu apa sih bedanya teman, sahabat dan sahabat sejati ? Apakah benar yang namanya sahabat sejati itu ada ? Berdasarkan pengalaman gue, gue pribadi, membedakan apa itu teman, sahabat dan sahabat sejati. Teman menurut gue, hanyalah orang yang ada di sekitar kita entah itu teman sekelas, teman satu angkatan, teman sekolah dan yang lainnya, mereka hanya ada di saat-saat tertentu saja, dan biasanya jumlahnya banyak. Gue pribadi pun, punya banyak teman, tapi kembali ke penjelasan awal kalau teman itu hanya ada di saat-saat tertentu saja. Intinya sih, mereka gak terlalu peduli dengan kehidupan kita. Itu definisi teman menurut gue.


Kalau sahabat, beda lagi. Walaupun gue juga sedikit mulai gak percaya apa benar ada yang namanya sahabat. Menurut gue, ada atau enggaknya sahabat itu masih abstrak dan semu. Apapun yang dimakan oleh waktu, pasti berubah. Enggak sama seperti sediakala. Ya terkadang memang perubahan itu tidak kita sukai dan secara alami memang manusia benci perubahan.

Dan itulah yang terjadi sama setiap orang yang kita anggap sahabat. Cepat atau lambat, mereka akan punya urusan masing-masing dan kepentingan masing-masing, dan secara perlahan mereka pun akan pergi. Secara bersamaan juga, mereka akan membentuk hubungan baru dengan orang lain. SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, dan sampai menikah. Semua punya jangka waktu masing-masing, dan setelah jangka waktunya habis, mereka akan membentuk komunitas baru. Itu yang gue maksud bahwa sahabat itu abstrak dan semu.

Ini subjektif banget, mungkin karena pengalaman pribadi kali ya ? haha. Yah sedikit share aja sih, gue juga beberapa kali pernah punya yang namanya sahabat. SMP, SMA, dan kuliah. Ketika SMP, gue punya 1 sahabat dan hubungan kita udah seperti saudara. Just like a big sister. Bahkan mungkin lebih deket dari kaka kandung yang gue punya. Tapi setelah dimakan waktu, toh dia juga sekarang punya kehidupan baru, dan punya komunitas baru. Dia bahkan pernah bilang kalau, memang kita akan punya kehidupan baru dan teman-teman baru.

So itu yang gue maksud abstrak dan semu. Kan kalau kata banyak orang, sahabat itu selalu ada kapan dan di manapun. Nah kalau orang yang kita anggap sahabat itu aja engga berada di dekat kita, apa itu disebut sahabat juga ? Pikiran gue mulai terbuka tentang ini. Yang kedua SMA, gue juga punya seseorang yang gue anggap istimewa, belum sampai pada tahap sahabat sih, tapi dia istimewa buat gue. Nah dengan kasus yang sama, setelah kita melewati masa SMA, maka semuanya berganti ke kehidupan baru.

Begitupun di masa kuliah, secara perlahan, ditambah dengan individualisme dan pragmatisme yang tinggi, jangka waktunya bahkan gak sampe menahun, beberapa persahabatan mungkin hanya bertahan selama beberapa semester. Itu yang gue rasakan. Ketika kesibukan mulai mendatangi mahasiswa, apalagi mahasiswa yang sudah tingkat akhir, mereka otomatis akan lebih peduli dengan masa depan mereka termasuk gue tentunya. Waktu untuk bermain sudah hampir tidak ada. Awalnya emang gue ngerasa ini salah. Seharusnya sesibuk apapun, kita sempatkan berkumpul bareng sahabat.

Tapi sekali lagi ada suatu peristiwa yang menyadarkan gue kalau, memang ini adalah siklus. Siklus yang wajar. Engga mungkin ada yang statis, semua pasti berubah. Justru aneh kalau manusia engga mengalami perubahan. So, inilah yang menjadi landasan gue selanjutnya kenapa gue engga percaya adanya sahabat sejati. Gue aja meragukan keberadaan sahabat yang abstrak dan semu, terus gimana gue mau meyakini kalau sahabat sejati itu ada ?

Sekali lagi, sahabat-sahabat gue sendiri lah yang secara tersirat menyatakan kalau seiring berjalannya waktu, semua pasti berubah, engga ada yang kekal, yang kekal itu cuma Allah. Bagi gue sekarang yang sejati itu cuma keluarga dan Allah. Walaupun ada bagian dari hati gue yang masih berkata kalau gue percaya sahabat sejati itu ada, terkait dengan posting gue sebelumnya pada Mei 2013 lalu tentang sahabat sejati juga, tapi tetap realita dan faktalah yang gue percaya. Selebihnya itu  cuma imajinasi, mimpi, dan angan-angan.


Sekali lagi, ini subjektif banget. Ini lebih besar condong kepada pengalaman. Ada rasa traumatik terendiri yang gue alami, ini mungkin yang juga nyebabin gue mengubah pandangan gue tentang masalah ini. Semoga aja pandangan gue tentang ini engga lagi berdasarkan traumatik atau apapun semacamnya. Dan jauh di lubuk hati gue, gue masih berharap kalau sahabat dan sahabat sejati itu ada dan kekal.
Kalau cinta sejati...itu beda lagi ceritanyaaaa

Komentar

Pos Terpopuler