Aku dan Impianku (Part 2) : Usaha Tidak Mengkhianati Hasil


Kementerian Keuangan ? Gak salah ? Pikir orang saat itu. 

Walaupun gue sekolah di SMP internasional, gak menjadikan gue murid superior di kelas. Gue termasuk siswa yang biasa-biasa aja jika dibandingkan dengan teman-teman sekelas. Prestasi tertinggi gue waktu itu peringkat 18 dari 34 siswa :(

Dikelilingi siswa siswi pintar membuat gue semakin tertekan. Gue heran mereka makan apa kok bisa siswa seusia itu lancar banget bahasa inggisnya, public speaking-nya.. Omaygat.. Fyi, mereka adalah manusia ber-IQ DI ATAS 130 guys.. >130 gue ulangi, sedangkan gue cuma 128 :) Kebayang gimana panasnya kepala gue menghadapi persaingan hidup di sana. Untuk anak seusia itu, mereka udah kenal yang namanya sikut-sikutan buat jadi yang terbaik. Terbukti mereka sekarang sebagian besar udah jadi dokter, dokter hewan, dokter gigi, bahkan pengusaha.

Sempat ada titik di mana gue udah gak peduli sama nilai-nilai pelajaran saat itu, dan lebih memilih main sama genkers. Nilai gue pun banyak jeblok dan peringkat terjun bebas. Gue sering nangis di rumah karena merasa tertekan sama pelajaran sekolah. Buruknya, hal itu justru terjadi ketika gue kelas IX dimana seharusnya gue udah mulai mempersiapkan Ujian Nasional dan ujian masuk sekolah.

Tapi impian gue membangunkan gue lagi dari tidur panjang. Bulan Januari 2010, walau gak ada kemajuan di bidang prestasi akademik :D , gue mulai mempersiapkan Ujian Nasional dengan mengikuti les intensif di salah satu bimbingan belajar. Gue juga mulai kembali memikirkan strategi gue supaya bisa jadi bagian Kemenkeu.


Beginilah strategi yang gue rencanakan:

1. Untuk memahami materi lebih baik, gue butuh sekolah yang menyediakan kualitas pendidikan terbaik. Oleh karena itu, gue harus masuk SMAN 1 Bekasi !

2. Untuk memahami akuntansi dan perpajakan, gue harus kuliah di sekolah akuntan terbaik di Indonesia. STAN jawabannya !

Kemudian secara peraturan, gue akan bisa masuk Kemenkeu setelah jadi lulusan STAN,



Pikir gue saat itu. Mudah bangeeeeet kan..

Ternyataaaaaa itu adalah strategi paling mainstream yang juga diinginkan ratusan ribu siswa di seluruh Indonesia wakakakakak

Gilak ternyata impian gue pasaran banget !

Tapi hal itu justru semakin buat gue makin semangat agar bisa jadi manusia yang terpilih. Gue udah terbiasa hidup dalam persaingan sejak kecil. Di dalam keluarga, maupun di sekolah. Sudah seharusnya bukan masalah kalau harus bersaing buat impian dan jalan hidup.

Tibalah saat ujian masuk smansa. Gue sadar kalau gue gak mempersiapkannya dengan baik. Alhasil, gue pun gak lulus. Gue benar-benar jatuh saat itu. Baru kali itu gue sangat sangat menginginkan sesuatu. Tapi usaha memang tidak mengkhianati hasil. Gue sadar, hasil yang gue dapat udah sesuai dengan usaha yang gue lakukan saat itu. Tidak apa-apa. Jika tidak Smansa, masih ada SMA 2, dan 4, kata gue menghibur diri.

Hasil Ujian Nasional pun menyusul keluar. Lagi-lagi gue dibuat kecewa sama hasil yang gue raih. Nilai gue hancur di Bahasa Inggris. Gue berhasil di tiga pelajaran lainnya dan berhasil dapet triple nilai 9 ke atas. But whyyy Bahasa Inggris menghancurkan segalanya ?
Belakangan gue tau alasannya. Gue emang udah dikutuk kayaknya gak akan berhasil kalau nyontek :) Iya, saat ujian bahasa inggris gue menyontek. Gue benar-benar menyesal sekaligus sedih. Saat itu hasil Ujian Nasional sangat menentukan masa depan siswa-siswi yang sudah tidak dinyatakan lulus ujian masuk sekolah favorit. Mereka yang tidak lulus ujian masuk sekolah favorit akan sangat mengandalkan hasil UN untuk mengikuti PPDB Online.

Lagi-lagi usaha tidak mengkhianati hasil. Pupus sudah harapan mendapat kualitas pendidikan yang bagus dari tiga sekolah favorit saat itu. Di zaman itu, kualitas pendidikan setiap sekolah berbeda. Jadi tidak heran setiap siswa menginginkan bersekolah di tempat terbaik. Ada gengsi tersendiri jika berhasil masuk di salah satu dari tiga sekolah favorit yang udah gue sebutkan di atas. Siswa-siswi yang tidak berhasil masuk tiga sekolah itu akan dianggap 'kurang pintar' dan diremehkan. Makanya gak heran kalau sekarang pemerintah menerapkan sistem zonasi. Apalagi tujuannya kalau bukan pemerataan kualitas pendidikan ? Dengan begitu tidak ada lagi ketimpangan. Beruntunglah bagi kalian nak yang tidak merasakan ketatnya persaingan masuk sekolah.

Saat itu gue sadar, ga ada yang berjalan mulus dari sebagian besar rencana gue.


Alhasil, gue pun masuk SMA 10. Di sekolah ini, petualangan baru dimulai. Kenakalan remaja, percintaan, persahabatan, bahkan olimpiade turut menghiasi hari-hari gue selama tiga tahun bersekolah di sana.

Hari Kartini 2012

Yap part 2 sudah selesai diposting !!! Sepertinya masih akan berlanjut ke part 3 guys !!! Gak nyangka bakalan banyak yang baca postingan part 1. Sampe hampir 700 orang !!!

Baca PART 1: di sini ya


Komentar

Pos Terpopuler